Senin, 16 November 2015

Bahasa Arab Bahasa Yang Tiada Duanya




BAHASA ARAB BAHASA YANG TIADA DUANYA
Bahasa Arab itu bahasa yang abadi. Kalau dihitung-hitung hingga saat ini, paling tidak sudah berusia 44 abad digunakan oleh umat manusia. Nyaris tidak ada perubahan yang signifikan dari segi kaidah dan grammarnya.

Kalau kita boleh berandai-andai, seandainya saat ini Anda menguasai bahasa arab lalu dikirim dengan mesin waktu ke abad ke-7 Masehi ke jazirah Arabia dimana Rasulullah SAW dan para shahabat hidup, Anda dengan mudah berkomunikasi dengan mereka. Mereka paham betul bahasa arab yang Anda ucapkan dan Anda pun sama sekali tidak mengalami kesulitan memahami ucapan mereka. Sebab bahasa Arab yang Anda pakai dengan yang mereka pakai adalah bahasa yang sama. Meski pun mereka hidup di abad ke 7 dan Anda hidup di abad 21.

Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, tentu akan sangat jauh berbeda. Seandainya Queen Elizabeth II masuk lorong waktu bertemu dengan moyangnya si King Arthur di abad pertengahan, pastilah keduanya hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Sebab meski keduanya sama-sama raja Inggris, namun bahasa yang mereka berbeda. Hampir seluruh kosa katanya sangat berlainan.

Kalau Anda berkesempatan ikut kursus bahasa arab sampai betul-betul menugasinya, pasti dengan mudah Anda paham makna ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga paham makna hadits-hadits nabawi. Padahal Al-Quran Al-Kariem dan hadits nabawi itu adalah bahasa yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat di abad ke 7. Jadi siapa bila bahasa Al-Quran Al-Kariem berbeda dengan bahasa arab sekarang.

Bahasa Arab Pasar

Tetapi kalau yang Anda maksud dengan bahasa arab adalah bahasa pasaran,memang bahsa itu berbeda dengan bahasa arab yang fushah di dalam Al-Quran dan hadits. Bahasa pasaran ini sebenarnya bukan lagi bahasa arab yang benar, melainkan bahasa `ammiyah yang telah rusak kaidah dan aturannya. Bahasa arab pasar ini dikembangkan oleh para penjajah barat di negeri jajahan mereka dengan tujuan menjauhkan umat Islam dari sumber ajaran aslinya.

Misalnya ada bahasa amiyah Mesir, Saudi, Syam, Iraq dan seterusnya. Satu sama lain memang berbeda. Dan bisa jadi satu sama lain tidak saling paham.

Namun munculnya bahasa pasar yang rusak ini -sekali lagi- barulah di tahun-tahun belakangan ini saja. Tepatnya ketika penjajah barat datang menaklukkan negeri Islam. Mereka yakin bahwa umat Islam tetap akan kuat dan punya ikatan persaudaraan yang tidak bisa dipisah-pisahkan selama mereka masih menggunakan satu bahasa yang sama. Untuk itu para penjajah sepakat membelah-belah dunia Islam menjadi negara kecil-kecil yang dilengkapi dengan doktrin nasionalisme sempit. Dan sebagai akselerator adalah dihidupkannya bahasa pasar itu oleh para penjajah. Maka lengkaplah sudah keruntuhan umat Islam setelah bahasa mereka pun saling berbeda.

Adapun sebelum masa penjajahan, dunia Islam adalah satu tubuh. Umat Islam menempati hampir semua pojok-pojok bumi dengan satu bahasa, yaitu bahasa arab. Bahasa itu sama di mana pun dan telah digunakan sejak masa Rasulullah SAW dan para shahabat masih hidup. Dan bahasa itu juga sama dengan bahasa yang Allah Subhanahu Wata`ala turunkan kepada nabi-Nya. Tidak ada beda antara bahasa arab yang ada di Al-Quran Al-Kariem dengan yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat serta bahasa arab fushah yang digunakan hingga sekarang ini. Kecuali ada beberapa istilah yang mungkin oleh kalangan tertentu kurang dikenal, lantaran kosa kata bahasa arab itu terlalu besar untuk ukuran bahasa apapun di dunia.

Sebagai contoh kecil, bahasa arab punya lebih dari 700 kata yang berbeda untuk menyebut seekor unta dengan berbagai kondisinya. Dan 200-an kata yang berlainan untuk menyebut seekor anjing dalam berbagai keadaannya.

Dari jenis bahasa yang digunakan, bahasa Al-Quran Al-Kariem dan bahasa arab fushah sekarang ini tidak ada perbedaan. Demikian juga dari segi kaidah dan grammarnya. Yang membedakan justru dari sisi keindahan sastra dan metode pengungkapannya. Keindahan pengungkapan setiap orang pasti berbeda meski bahasa yang digunakan sama. Tergantung dari tingkat apresiasi sastra orang itu. Pada sisi inilah sesungguhnya nilai kemukjizatan Al-Quran Al-Kariem itu terasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar