BAHASA ARAB BAHASA
YANG TIADA DUANYA
Bahasa Arab itu
bahasa yang abadi. Kalau dihitung-hitung hingga saat ini, paling tidak sudah
berusia 44 abad digunakan oleh umat manusia. Nyaris tidak ada perubahan yang
signifikan dari segi kaidah dan grammarnya.
Kalau kita boleh
berandai-andai, seandainya saat ini Anda menguasai bahasa arab lalu dikirim
dengan mesin waktu ke abad ke-7 Masehi ke jazirah Arabia dimana Rasulullah SAW
dan para shahabat hidup, Anda dengan mudah berkomunikasi dengan mereka. Mereka
paham betul bahasa arab yang Anda ucapkan dan Anda pun sama sekali tidak
mengalami kesulitan memahami ucapan mereka. Sebab bahasa Arab yang Anda pakai
dengan yang mereka pakai adalah bahasa yang sama. Meski pun mereka hidup di
abad ke 7 dan Anda hidup di abad 21.
Bila
dibandingkan dengan bahasa Inggris, tentu akan sangat jauh berbeda. Seandainya
Queen Elizabeth II masuk lorong waktu bertemu dengan moyangnya si King Arthur
di abad pertengahan, pastilah keduanya hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa
isyarat. Sebab meski keduanya sama-sama raja Inggris, namun bahasa yang mereka
berbeda. Hampir seluruh kosa katanya sangat berlainan.
Kalau Anda
berkesempatan ikut kursus bahasa arab sampai betul-betul menugasinya, pasti
dengan mudah Anda paham makna ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga paham makna
hadits-hadits nabawi. Padahal Al-Quran Al-Kariem dan hadits nabawi itu adalah
bahasa yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat di abad ke 7. Jadi
siapa bila bahasa Al-Quran Al-Kariem berbeda dengan bahasa arab sekarang.
Bahasa Arab Pasar
Tetapi kalau yang Anda maksud
dengan bahasa arab adalah bahasa pasaran,memang bahsa itu berbeda dengan bahasa
arab yang fushah di dalam Al-Quran dan hadits. Bahasa pasaran ini sebenarnya
bukan lagi bahasa arab yang benar, melainkan bahasa `ammiyah yang telah rusak
kaidah dan aturannya. Bahasa arab pasar ini dikembangkan oleh para penjajah
barat di negeri jajahan mereka dengan tujuan menjauhkan umat Islam dari sumber
ajaran aslinya.
Misalnya ada bahasa amiyah Mesir,
Saudi, Syam, Iraq dan seterusnya. Satu sama lain
memang berbeda. Dan bisa jadi satu sama lain tidak saling paham.
Namun munculnya bahasa pasar yang
rusak ini -sekali lagi- barulah di tahun-tahun belakangan ini saja. Tepatnya
ketika penjajah barat datang menaklukkan negeri Islam. Mereka yakin bahwa umat
Islam tetap akan kuat dan punya ikatan persaudaraan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan selama mereka masih menggunakan satu bahasa yang sama. Untuk
itu para penjajah sepakat membelah-belah dunia Islam menjadi negara kecil-kecil
yang dilengkapi dengan doktrin nasionalisme sempit. Dan sebagai akselerator
adalah dihidupkannya bahasa pasar itu oleh para penjajah. Maka lengkaplah sudah
keruntuhan umat Islam setelah bahasa mereka pun saling berbeda.
Adapun sebelum masa penjajahan,
dunia Islam adalah satu tubuh. Umat Islam menempati hampir semua pojok-pojok
bumi dengan satu bahasa, yaitu bahasa arab. Bahasa itu sama di mana pun dan
telah digunakan sejak masa Rasulullah SAW dan para shahabat masih hidup. Dan
bahasa itu juga sama dengan bahasa yang Allah Subhanahu Wata`ala turunkan
kepada nabi-Nya. Tidak ada beda antara bahasa arab yang ada di Al-Quran
Al-Kariem dengan yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat serta
bahasa arab fushah yang digunakan hingga sekarang ini. Kecuali ada beberapa
istilah yang mungkin oleh kalangan tertentu kurang dikenal, lantaran kosa kata
bahasa arab itu terlalu besar untuk ukuran bahasa apapun di dunia.
Sebagai contoh kecil, bahasa arab
punya lebih dari 700 kata yang berbeda untuk menyebut seekor unta dengan
berbagai kondisinya. Dan 200-an kata yang berlainan untuk menyebut seekor
anjing dalam berbagai keadaannya.
Dari jenis bahasa yang digunakan,
bahasa Al-Quran Al-Kariem dan bahasa arab fushah sekarang ini tidak ada
perbedaan. Demikian juga dari segi kaidah dan grammarnya. Yang membedakan
justru dari sisi keindahan sastra dan metode pengungkapannya. Keindahan
pengungkapan setiap orang pasti berbeda meski bahasa yang digunakan sama.
Tergantung dari tingkat apresiasi sastra orang itu. Pada sisi inilah
sesungguhnya nilai kemukjizatan Al-Quran Al-Kariem itu terasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar