Selasa, 16 Februari 2016

ILMU ARUDH DISERTAI CONTOH PADA SYAIR ABU NAWAS ( ALI'TIRAF )



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Seni merupakan sesuatu yang secara hakikat disukai dan disenangi oleh setiap jiwa manusia. Bahkan ketika manusia baru terlahir di dunia ini secara tidak langsung sudah mengenal seni yaitu seni suara dengan tangisan si cabang bayi. Sampai-sampai sebuah keluarga tanpa tangisan sang bayi serasa hampa dan sunyi. Dengan tangisan bayi itu membuat warna dalam kehidupan berumah tangga. Itu artinya bahwa seni dapat membuat sesuatu itu tampak lebih indah dan berwarna serta bermakna.
            Seni adalah sebuah keindahan, karena seni dapat membuat seseorang terlena dan terpesona. Bukanlah seni bila tidak mencerminkan sebuah keindahan. Sang pencipta alam semesta ini ( Allah SWT ) juga memiliki sifat keindahan dan suka terhadap sesuatu yang indah pula. Artinya islampun mengajarkan arti keindahan. Namun seni itu tergantung bagaimana seniman membuat karya atau mengolahnya sehingga menimbulkan sesuatu yang indah dan bermakna positif.
            Seni itu mempunyai banyak macam diantaranya adalah seni membaca syair atau puisi. Kita sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab tentu tidak lepas dengan macam seni yang satu ini yaitu syair atau puisi. Ketika kita mempelajari ilmu balaghoh, telaah sastra, tarikh adab dan lain-lain yang berbau sastra pastilah kita menemukan beberapa contoh-contoh syair dari berbagai penyair. Dan biasanya syair-syair tersebut sebagai contoh dari pembahasan atau materi yang kita bahas pada saat itu. Akan tetapi kita sama sekali tidak mengenal bagaimana cara melantunkan syair tersebut sesuai dengan disiplin ilmu yang mempelajarinya. Memang sangat dimaklumi karena di jurusan kita tidak diajarkan ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu ( ilmu ‘aruudh).
            Berdasarkan hal tersebut saya ingin mencoba membahas sekilas tentang ilmu arudh pada syair yang mungkin sudah sering didengar oleh para pembaca. Dan pembahasan ini tidak akan dibahas secara mendalam terkait dengan ilmu arudh karena di dalam ilmu tersebut banyak kajian lain yang mungkin menurut saya terlalu banyak jika dibahas semuanya dalam makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Munculnya Ilmu Arudh
            Pada suatu masa ada seorang ulama besar di Daerah Bangkalan Madura. Dia benama Kiyai Kholil yang terkenal alim dan sangat berwibawa dalam kepribadiannya di masyarakat. Murid-muridnya sangat hormat dan taat kepada nasehat-nasehat beliau. Mereka selalu menyimak dengan baik ilmu-ilmu yang diajarkan oleh kiyai Kholil. Kiyai Kholil juga terkenal sangat pandai dan piawai dalam menguasai bidang ilmu apapun.
            Namun suatu ketika ada salah satu muridnya bernama Sibaweh yang sangat cerdas pemikirannya dan daya ingatnya kuat serta pemahaman ilmu yang diajarkan kiyai Kholil sangatlah pandai dan menguasai. Sampai-sampai kata-kata yang diucapkan oleh kiyai kholil ketika menjelaskan suatu permasalahan ilmu pasti langsung terekam di dalam ingatannya Sibaweh, tidak ada satu patah katapun yang terlewat ataupun lupa.
            Sehingga Karena saking cerdasnya Sibaweh akhirnya murid-murid yang lain menjadikan Sibaweh tempat untuk bertanya. Lama-kelamaan murid-murid yang lain mengangkat Sibaweh sebagai gurunya dan meninggalkan kiyai Kholil. Akhirnya kiyai Kholil tidak memiliki murid satupun karena sudah pindah ke Sibaweh.
            Dengan kejadian seperti itu kiyai Kholil merasa bahwa ilmunya sudah diserap semua oleh Sibaweh dan tidak ada lagi ilmu yang harus dia ajarkan kepada muridnya. Dengan perasaan batin sepserti ini akhirnya kiyai Kholil memutuskan ke Negara timur-tengah. Tatkala sampai di sana kiyai Kholil langsung menuju ke desa Arudh di tepi pantai. Dia merenung dan secara tiba-tiba mulutnya bergerak dan melantunkan lagu-lagu yang berirama dan berpola. Dari situlah kemudian kiyai Kholil mendapatkan atau ,menemukan ilmu baru dari Allah SWT yang diberi nama ilmu arudh. Karena dia mendapatkan ilmu tersebut di daerah yang bernama arudh. Kejadian tersebut termaktub dalam kitab arudh dalam bentuk nadzom yang berbunyi :
علم الخليل رحمة الله عليه    #    سببه ميل الورى لسيبويه
فخرج الإمام يسعى للحرم   #   يسأل رب البيت من فيض الكرم
فزاده علم العروض فانتشر   #   بين الورى فأقبلت له البشر
            Akhirnya kiyai Kholil kembali ke tanah airnya di Bangkalan Madura dengan membawa ilmu tersebut. Dan murid-muridnya termasuk Sibaweh kembali menjadi muridnya lagi  dan minta maaf atas tindakannya yang meninggalkan kiyai Kholil sebagai guru. Dan sampai wafat beliau sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat Madura terutama murid-muridnya. Karena beliau mewariskan satu ilmu yang sangat bermanfaat bagi kalangan penikmat syair atau penyair yaitu ilmu arudh.
B. Pengertian Ilmu Arudh
            Secara etimologi Arud berarti daerah, jalan di kaki bukit dan sepadan. Sedangkan menurut arti terminologi arud adah sebuah ilmu yang mempelajari lantunan-lantunan syair dari segi  nadanya sesuai dengan pola yang sudah dirumuskan yang mana lantunan lagu syair yang sesuai dengan polanya dinamakan Bahar.
            Adapun bahar dalam ilmu arudh itu ada 16 macam dengan lantunan dan masing-masing pola yang berbeda satu sama lainnya. Bahar-bahar tersebut adalah :
1. البحر الطويل
فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن   #    فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن  
2. البحر المديد
فاعلاتن فاعلن فاعلاتن   #   فاعلاتن فاعلن فاعلاتن  
3. البحر البسيط
مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن   #   مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن  
4. البحر الوافر
مفاعلتن مفاعلتن فعولن   #    مفاعلتن مفاعلتن فعولن
5. البحر الكامل
متفاعلن متفاعلن متفاعلن   #   متفاعلن متفاعلن متفاعلن  
6. البحر الهزج
مفاعيلن مفاعيلن   #   مفاعيلن مفاعيلن
7. البحر الرجز
مستفعلن مستفعلن مستفعلن   #     مستفعلن مستفعلن مستفعلن  
8. البحر الرمل
فاعلاتن فاعلاتن فاعلن   #   فاعلاتن فاعلاتن فاعلن  
9. البحر السريع
مستفعلن مستفعلن فاعلن   #   مستفعلن مستفعلن فاعلن  
10. البحر المنسرح
مستفعلن مفعولات مستفعلن   #   مستفعلن مفعولات مستفعلن  
11. البحر الخفيف
فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن   #   فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن  
12. البحر المضارع
مفاعيلن فاعلاتن      #      مفاعيلن فاعلاتن
13. البحر المقتضب
مفعولات مستفعلن    #    مفعولات مستفعلن   
14. البحر المجتثّ
مستفعلن فاعلاتن      #      مستفعلن فاعلاتن
15. البحر المتقارب
فعولن فعولن فعولن فعولن    #    فعولن فعولن فعولن فعولن   
16. البحر المتدارك
فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن    #   فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن
   
Inilah jumlah bahar yang ada dalam ilmu arudh beserta pola dan lantunannya. Ini merupakan rumus dalam mencari dan menentukan sebuah syair apakah masuk dalam kategori bahar tersebut walaupun nanti dalam polanya ada sedikit perubahan disesuaikan dengan pola kata-kata dalam syairnya.
C. Analisa Syair Abu Nawas ( الاعتراف )
        Dalam proses menganalisa sair maka harus berpedoman pada rumus bahar yang ada 16 di atas beserta pola dan lantunannya. Untuk menentukan apakah syair ini masuk kedalam salah satu  bahar tersebut  perlu adanya taqti’ yaitu pemotongan perkata atau bahkan setengah kata ataupun lebih disesuaikan dengan pola dari masing-masing bahar . 
الاعتراف
1. إلهي لس/ت للفردو/س أهلا#ولا أقوى/ على نار ال/جحيم
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن #مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة /         # معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Oh tuhanku aku tidak pantas menjadi penduduk surga firdaus-Mu # Namun aku juga tidak kuat menjadi penduduk neraka jahanam-Mu.

البيان :
- اللام فى " مفاعلَتن " لابد لها أن تكون مفتوحة ولكنها فى هذا الشعر مسكنة لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع. و هذا الأمر يسمى بالعصب ( إسكان خامس الجزء متحركا ) و هذا الوزن يسمى بالمعصوبة.
- النون فى " فعولن " آخر السطر الثاني محذوفة لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع.
 و هذا الأمر يسمى بالقبض ( حذف خامس الجزء ساكنا ) و هذا الوزن يسمى بالمقبوضة.
- العصب و القبض من أنواع الزحاف المفرد.
الزحاف المفرد adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata syair setelah di taqti’ yang menyebabkan lebih cepat dalam melantunkannya karena pengurangan huruf dari rumus pola yang sudah ditentukan atau pengurangan harokatnya dengan mensukun huruf yang berharokat.


2. فهب لي تو/ بة و اغفر/ ذنوبي  #  فإنك غا/ فر الذنب ال/عظيم
   مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن       # مفاعلَتن / مفاعلْتن / فعول
  معصوبة / معصوبة /               #           / معصوبة / مقبوضة
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku # maka sesungguhnya engkau adalah sang pengampun dosa yang besar.
3. ذنوبي مث/ ل أعداد ال/ رّمال   #   فهب لي تو/ بة يا ذا ال/ جلال
   مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول         #  مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
  معصوبة / معصوبة / مقبوضة      #  معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dosa-dosaku laksana jumlah butiran-butiran padi # maka terimalah taubatku wahai sang pemilik kemuliaan.
4. و عمري نا/ قص فى ك/لّ يوم  #  و ذنبي زا/ ئد كيف اح/ تمالي
   مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن      #  مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن
  معصوبة / معصوبة /             #  معصوبة / معصوبة /
Umurku berkurang setiap hari # sedangkan dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya.

5. إلهي عب/ دك العاصي/ أتاك  #  مقرّا بال/ ذّنوب و قد/ دعاك
   مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول     #  مفاعلْتن / مفاعلتن / فعول
  معصوبة / معصوبة / مقبوضة   #  معصوبة /           / مقبوضة
Wahai tuhanku hamba-Mu yang maksiat ini menghadap kehadiran-Mu # dan mengakui dosa-dosanya serta berdoa kepada-Mu.
6. و إن تغفر/ فأنت لذا/ ك أهل  #  و إن تطرد/ فمن يرحم/ سواك
   مفاعلْتن / مفاعلتن / فعولن      #  مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
  معصوبة /            /             #  معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dan jika engkau mengampuni maka engkau ahli dalam hal itu # namun jika engkau menolak ( tidak mengampuni ) maka siapa yang akan memberikan rahmat selain engkau.
Dari analisa syair Abu Nawas di atas melalui proses taqti’ serta penyesuaian dengan pola dan lantunan nada-nadanya dapat disimpulkan bahwa bahar yang digunakan pada syair tersebut adalah بحر وافر  . Dan gejala yang terjadi pada syair ini ada dua hal yang merupakan bagian dari macam الزحاف المفرد  yaitu : العصب و القبض.


BAB III
KESIMPULAN
            Ilmu arudh merupakan ilmu yang membahas nada-nada dalam sebuah syair sehingga dilantunkan dengan indah dan barirama. Ilmu ini juga bagian dari disiplin ilmu bahasa arab khusus pada kajian sastra. Dalam menentukan sebuah syair itu masuk dalam kategori bahar membutuhkan proses taqti’ yaitu memotong-motong kata syair baik satu kata, setengah kata ataupun lebih disesuaikan dengan pola bahar yang sudah ditentukan. Dalam proses taqti’ itu akan mengalami gejala-gejala yang timbul akibat penyesuaian antara kata syair dengan pola yang sudah ditentukan. Gejala ini bermacam-macam, namun diantaranya adalah zihaf mufrod yaitu:  gejala yang terjadi pada sebuah kata syair setelah di taqti’ yang menyebabkan lebih cepat dalam melantunkannya karena pengurangan huruf dari rumus pola yang sudah ditentukan atau pengurangan harokatnya dengan mensukun huruf yang berharokat.
            Dalam syair abu nawas yang sudah dianalisa disimpulkan bahwa bahar yang digunakan pada syair tersebut adalah bahar wafir. Dan gejala yang terjadi pada syair ini ada dua hal yaitu ashb dan qobdh yang merupakan bagian dari zihaf mufrod. Gejala ini terjadi baik di awal, tengah atau akhir dari sathr awal ataupun sathr tsani. Contoh sathr :
إلهي لست للفردوس أهلا      #      ولا أقوى على نار الجحيم
السطر الأول                             السطر الثاني
 




  




           

CONTOH PIDATO BAHASA ARAB



بسم الله الرحمن الرحيم
فضيلة رئيس المعهد أم القرى
صاحبات الفضيلة الأستاذات
أخواتي الأعزاء
أحيّيكم بتحيّة الإسلام تحيّة من عند الله مباركة طيّبة :
السلام عليكم و رحمة الله  و بركاته.
 الحمد لله الذي جعلنا من الناصحين و أفهمنا من علوم العلماء الراسخين و الصلاة و السلام على من نسخ دينه أديان الكفرة و الطالحين  و على آله و أصحابه الذين كانوا بتمسّك شريعته صالحين وبعد :
في البداية حيّ علينا أن نحمد و نشكر الله جلّ جلاله وهو الذي قد امتنّ علينا نعما و آلاء عديدة ومنها نعمة الإيمان و الإسلام و الصحة وسوى ذلك حتى لا نستطيع أن نحاسبها. ما أكثر نعمة الله تعالى و ما أوهبه سبحانه وتعالى.
صلاة و سلاما دائمين متلازمين على رسول الله المصطفى المختار محمد صلى الله عليه و سلم الذي قد أخرجنا من جهالة الظلمة و كفر الضلالة إلى حق الضياء و النور و السلامة و الرفاهية الحقيقية وهو دين الإسلام الذي رضي عنه الله سبحانه و تعالى. و كما قال الله في القرآن العظيم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم : " إن الدين عند الله الإسلام " صدق الله العظيم.
أيها الحفل الكريم
أقف هنا أريد أن ألقي المحاضرة القصيرة أمامكن التي تحت الموضوع      " الحياء مرآة الإيمان "
من الأخلاق الحميدة حياء، والحياء له أهمية عالية مرتفعة في حياة الإنسان. لم ؟؟ لكيلا يعمل الإنسان حيثما شاؤوا دون الاهتمام بالخلق الديني و السلوك الكريم. إن الإسلام ينظر إلى أن الحياء نصف الإيمان و مرآته. كما قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الحياء و العيّ شعبتان من الإيمان و البذاء و البيان شعبتان من النفاق. من هذا الحديث اتضح لنا أن الحياء مرآة الإيمان. إذا كان الإنسان ما لديهم الحياء فلم يتم إيمانهم. اليوم كثير من المظاهر الناشئة في المعاملة الحرّة بين الفتيان و الفتيات، كأنهم ما لديهم الحياء في أنفسهم.
مثلا كم من الفتيات اللاتي لا يشعرن بالحياء في إظهار عوراتهنّ       
وهنّ يلبسن ملابس قصيرة رقيقة و سراويل ضيقة حتى ظهرت عوراتهنّ         و أشكال أجسامهنّ و ألوانها. وكذلك بين الفتى و الفتاة هما لا يستحييان أن يعتنقا  و يقابلا أمام الآخرين في المكان العام. وهما يحسبان أن تلك الحالة أمر عادي بل لا تستحيي الفتاة أن تكون حاملا قبل الزواج. نعوذ بالله ثم نعوذ بالله من ذلك. أين الروح الإسلامي ؟؟؟ أين الأخلاق الكريمة المحمودة ؟؟  و أين الحياء في أنفسنا ؟؟؟ ... كأنّ الفتيات المسلمات الآن ما لديهنّ الحياء لكشف العورات   و أداء المعاملة الحرّة بدون العناية بالشرائع الإسلامية.
أيها الأخوات المسلمات
الحياء ثلاثة، حياء إلى الله و حياء إلى الآخرين و حياء إلى النفس. أما الحياء إلى الله فنحن نمتثل أوامره و نجتنب نواهيه. فلا بد لنا أن نتقي الله سبحانه و تعالى دلالة على أننا نستحقّ الحياء إليه. و الحياء إلى الآخرين هو نكفّ الأذى بين الآخرين و نترك الفخشاء بالمجاهرة. لأن من تقوى الله المحافظة على العلاقة الحسنة النافعة بين الناس. و أما الحياء إلى النفس يعني فنترك إرادة العفّة           و الإهانة و نحافظ على صيانة الخلوات و محاسبة النفس. كما يقول إحدى الحكماء : استحي إلى نفسك أكبر من الاستحياء إلى الآخرين.
إذن الحياء إلى نفسي مقدّم على الحياء إلى الآخرين. و هذا القول يدل على أن الحياء إلى أنفسنا يسبّب الحياء إلى الآخرين.
أخواتي العزيزات
عسى الله أن يجعلنا من المستحيين و يمنحنا رحمة و توفيقا وهداية في حياتنا، كي تكون حياتنا نافعة و مفيدة لنا خاصة و جميع المسلمين عامّة، آمين يا رب البرايا. و أخيرا أطلب منكم العفو من جميع الأخطاء و زلّة اللسان و السلبيات التي وجدتنها خلال خطابتي القصيرة، وما توفيقي إلا بالله، عليه توكتُ و إليه أنيب،
و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته.