BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni merupakan sesuatu yang secara
hakikat disukai dan disenangi oleh setiap jiwa manusia. Bahkan ketika manusia
baru terlahir di dunia ini secara tidak langsung sudah mengenal seni yaitu seni
suara dengan tangisan si cabang bayi. Sampai-sampai sebuah keluarga tanpa
tangisan sang bayi serasa hampa dan sunyi. Dengan tangisan bayi itu membuat
warna dalam kehidupan berumah tangga. Itu artinya bahwa seni dapat membuat
sesuatu itu tampak lebih indah dan berwarna serta bermakna.
Seni
adalah sebuah keindahan, karena seni dapat membuat seseorang terlena dan
terpesona. Bukanlah seni bila tidak mencerminkan sebuah keindahan. Sang
pencipta alam semesta ini ( Allah SWT ) juga memiliki sifat keindahan dan suka
terhadap sesuatu yang indah pula. Artinya islampun mengajarkan arti keindahan.
Namun seni itu tergantung bagaimana seniman membuat karya atau mengolahnya
sehingga menimbulkan sesuatu yang indah dan bermakna positif.
Seni
itu mempunyai banyak macam diantaranya adalah seni membaca syair atau puisi.
Kita sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab tentu tidak lepas dengan
macam seni yang satu ini yaitu syair atau puisi. Ketika kita mempelajari ilmu
balaghoh, telaah sastra, tarikh adab dan lain-lain yang berbau sastra pastilah
kita menemukan beberapa contoh-contoh syair dari berbagai penyair. Dan biasanya
syair-syair tersebut sebagai contoh dari pembahasan atau materi yang kita bahas
pada saat itu. Akan tetapi kita sama sekali tidak mengenal bagaimana cara
melantunkan syair tersebut sesuai dengan disiplin ilmu yang mempelajarinya.
Memang sangat dimaklumi karena di jurusan kita tidak diajarkan ilmu yang
berkaitan dengan hal tersebut yaitu ( ilmu ‘aruudh).
Berdasarkan
hal tersebut saya ingin mencoba membahas sekilas tentang ilmu arudh pada syair
yang mungkin sudah sering didengar oleh para pembaca. Dan pembahasan ini tidak
akan dibahas secara mendalam terkait dengan ilmu arudh karena di dalam ilmu
tersebut banyak kajian lain yang mungkin menurut saya terlalu banyak jika
dibahas semuanya dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Munculnya Ilmu
Arudh
Pada suatu masa ada seorang ulama
besar di Daerah Bangkalan Madura. Dia benama Kiyai Kholil yang terkenal alim
dan sangat berwibawa dalam kepribadiannya di masyarakat. Murid-muridnya sangat
hormat dan taat kepada nasehat-nasehat beliau. Mereka selalu menyimak dengan
baik ilmu-ilmu yang diajarkan oleh kiyai Kholil. Kiyai Kholil juga terkenal
sangat pandai dan piawai dalam menguasai bidang ilmu apapun.
Namun
suatu ketika ada salah satu muridnya bernama Sibaweh yang sangat cerdas
pemikirannya dan daya ingatnya kuat serta pemahaman ilmu yang diajarkan kiyai
Kholil sangatlah pandai dan menguasai. Sampai-sampai kata-kata yang diucapkan
oleh kiyai kholil ketika menjelaskan suatu permasalahan ilmu pasti langsung
terekam di dalam ingatannya Sibaweh, tidak ada satu patah katapun yang terlewat
ataupun lupa.
Sehingga
Karena saking cerdasnya Sibaweh akhirnya murid-murid yang lain menjadikan
Sibaweh tempat untuk bertanya. Lama-kelamaan murid-murid yang lain mengangkat
Sibaweh sebagai gurunya dan meninggalkan kiyai Kholil. Akhirnya kiyai Kholil
tidak memiliki murid satupun karena sudah pindah ke Sibaweh.
Dengan
kejadian seperti itu kiyai Kholil merasa bahwa ilmunya sudah diserap semua oleh
Sibaweh dan tidak ada lagi ilmu yang harus dia ajarkan kepada muridnya. Dengan
perasaan batin sepserti ini akhirnya kiyai Kholil memutuskan ke Negara
timur-tengah. Tatkala sampai di sana kiyai Kholil langsung menuju ke desa Arudh
di tepi pantai. Dia merenung dan secara tiba-tiba mulutnya bergerak dan
melantunkan lagu-lagu yang berirama dan berpola. Dari situlah kemudian kiyai
Kholil mendapatkan atau ,menemukan ilmu baru dari Allah SWT yang diberi nama
ilmu arudh. Karena dia mendapatkan ilmu tersebut di daerah yang bernama arudh.
Kejadian tersebut termaktub dalam kitab arudh dalam bentuk nadzom yang berbunyi
:
علم الخليل رحمة الله عليه #
سببه ميل الورى لسيبويه
فخرج الإمام يسعى للحرم
# يسأل رب البيت من فيض الكرم
فزاده علم العروض فانتشر
# بين الورى فأقبلت له البشر
Akhirnya
kiyai Kholil kembali ke tanah airnya di Bangkalan Madura dengan membawa ilmu
tersebut. Dan murid-muridnya termasuk Sibaweh kembali menjadi muridnya
lagi dan minta maaf atas tindakannya
yang meninggalkan kiyai Kholil sebagai guru. Dan sampai wafat beliau sangat
dihormati dan disegani oleh masyarakat Madura terutama murid-muridnya. Karena
beliau mewariskan satu ilmu yang sangat bermanfaat bagi kalangan penikmat syair
atau penyair yaitu ilmu arudh.
B. Pengertian Ilmu Arudh
Secara etimologi Arud berarti daerah,
jalan di kaki bukit dan sepadan. Sedangkan menurut arti terminologi arud adah
sebuah ilmu yang mempelajari lantunan-lantunan syair dari segi nadanya sesuai dengan pola yang sudah
dirumuskan yang mana lantunan lagu syair yang sesuai dengan polanya dinamakan
Bahar.
Adapun
bahar dalam ilmu arudh itu ada 16 macam dengan lantunan dan masing-masing pola
yang berbeda satu sama lainnya. Bahar-bahar tersebut adalah :
1. البحر الطويل
فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن #
فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن
2. البحر المديد
فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
# فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
3. البحر البسيط
مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن # مستفعلن
فاعلن مستفعلن فاعلن
4. البحر الوافر
مفاعلتن مفاعلتن فعولن
# مفاعلتن مفاعلتن فعولن
5. البحر الكامل
متفاعلن متفاعلن متفاعلن #
متفاعلن متفاعلن متفاعلن
6. البحر الهزج
مفاعيلن مفاعيلن
# مفاعيلن مفاعيلن
7. البحر الرجز
مستفعلن مستفعلن مستفعلن
# مستفعلن مستفعلن مستفعلن
8. البحر الرمل
فاعلاتن فاعلاتن فاعلن
# فاعلاتن فاعلاتن فاعلن
9. البحر السريع
مستفعلن مستفعلن فاعلن
# مستفعلن مستفعلن فاعلن
10. البحر المنسرح
مستفعلن مفعولات مستفعلن
# مستفعلن مفعولات مستفعلن
11. البحر الخفيف
فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن
# فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن
12. البحر المضارع
مفاعيلن فاعلاتن
# مفاعيلن فاعلاتن
13. البحر المقتضب
مفعولات مستفعلن
# مفعولات مستفعلن
14. البحر المجتثّ
مستفعلن فاعلاتن
# مستفعلن فاعلاتن
15. البحر المتقارب
فعولن فعولن فعولن فعولن
# فعولن فعولن فعولن فعولن
16. البحر المتدارك
فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن
# فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن
Inilah jumlah bahar yang ada dalam
ilmu arudh beserta pola dan lantunannya. Ini merupakan rumus dalam mencari dan
menentukan sebuah syair apakah masuk dalam kategori bahar tersebut walaupun
nanti dalam polanya ada sedikit perubahan disesuaikan dengan pola kata-kata
dalam syairnya.
C.
Analisa Syair Abu Nawas ( الاعتراف )
Dalam proses menganalisa sair maka
harus berpedoman pada rumus bahar yang ada 16 di atas beserta pola dan
lantunannya. Untuk menentukan apakah syair ini masuk kedalam salah satu bahar tersebut perlu adanya taqti’ yaitu pemotongan perkata
atau bahkan setengah kata ataupun lebih disesuaikan dengan pola dari
masing-masing bahar .
الاعتراف
1. إلهي لس/ت للفردو/س
أهلا#ولا أقوى/ على نار ال/جحيم
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن #مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة /
# معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Oh tuhanku aku tidak pantas menjadi
penduduk surga firdaus-Mu # Namun aku juga tidak kuat menjadi penduduk neraka
jahanam-Mu.
البيان :
- اللام فى " مفاعلَتن " لابد لها أن تكون مفتوحة
ولكنها فى هذا الشعر مسكنة لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع. و هذا الأمر يسمى
بالعصب ( إسكان خامس الجزء متحركا ) و هذا الوزن يسمى بالمعصوبة.
- النون فى " فعولن " آخر السطر الثاني محذوفة
لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع.
و هذا الأمر يسمى
بالقبض ( حذف خامس الجزء ساكنا ) و هذا الوزن يسمى بالمقبوضة.
- العصب و القبض من أنواع الزحاف المفرد.
الزحاف المفرد
adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata syair setelah di taqti’ yang menyebabkan lebih cepat dalam
melantunkannya karena pengurangan huruf dari rumus pola yang sudah ditentukan
atau pengurangan harokatnya dengan mensukun huruf yang berharokat.
2. فهب لي تو/ بة و اغفر/ ذنوبي # فإنك
غا/ فر الذنب ال/عظيم
مفاعلْتن /
مفاعلْتن / فعولن # مفاعلَتن /
مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة
/ # / معصوبة / مقبوضة
Terimalah
taubatku dan ampunilah dosa-dosaku # maka sesungguhnya engkau adalah sang
pengampun dosa yang besar.
3. ذنوبي مث/ ل أعداد ال/ رّمال #
فهب لي تو/ بة يا ذا ال/ جلال
مفاعلْتن /
مفاعلْتن / فعول # مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة /
مقبوضة # معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dosa-dosaku
laksana jumlah butiran-butiran padi # maka terimalah taubatku wahai sang
pemilik kemuliaan.
4. و عمري نا/ قص فى ك/لّ يوم
# و ذنبي زا/ ئد كيف اح/ تمالي
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن #
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن
معصوبة / معصوبة
/ # معصوبة / معصوبة /
Umurku
berkurang setiap hari # sedangkan dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya.
5. إلهي عب/ دك العاصي/ أتاك #
مقرّا بال/ ذّنوب و قد/ دعاك
مفاعلْتن /
مفاعلْتن / فعول # مفاعلْتن / مفاعلتن / فعول
معصوبة / معصوبة /
مقبوضة # معصوبة / / مقبوضة
Wahai
tuhanku hamba-Mu yang maksiat ini menghadap kehadiran-Mu # dan mengakui dosa-dosanya
serta berdoa kepada-Mu.
6. و إن تغفر/ فأنت لذا/ ك أهل # و إن
تطرد/ فمن يرحم/ سواك
مفاعلْتن /
مفاعلتن / فعولن # مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / / #
معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dan
jika engkau mengampuni maka engkau ahli dalam hal itu # namun jika engkau
menolak ( tidak mengampuni ) maka siapa yang akan memberikan rahmat selain
engkau.
Dari
analisa syair Abu Nawas di atas melalui proses taqti’ serta penyesuaian dengan
pola dan lantunan nada-nadanya dapat disimpulkan bahwa bahar yang digunakan
pada syair tersebut adalah بحر وافر .
Dan gejala yang terjadi pada syair ini ada dua hal yang merupakan bagian dari
macam الزحاف المفرد yaitu : العصب
و القبض.
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu
arudh merupakan ilmu yang membahas nada-nada dalam sebuah syair sehingga
dilantunkan dengan indah dan barirama. Ilmu ini juga bagian dari disiplin ilmu
bahasa arab khusus pada kajian sastra. Dalam menentukan sebuah syair itu masuk
dalam kategori bahar membutuhkan proses taqti’ yaitu memotong-motong kata syair
baik satu kata, setengah kata ataupun lebih disesuaikan dengan pola bahar yang
sudah ditentukan. Dalam proses taqti’ itu akan mengalami gejala-gejala yang
timbul akibat penyesuaian antara kata syair dengan pola yang sudah ditentukan.
Gejala ini bermacam-macam, namun diantaranya adalah zihaf mufrod
yaitu: gejala yang terjadi pada sebuah kata syair setelah di
taqti’ yang menyebabkan lebih cepat dalam melantunkannya karena pengurangan
huruf dari rumus pola yang sudah ditentukan atau pengurangan harokatnya dengan
mensukun huruf yang berharokat.
Dalam syair abu nawas yang sudah
dianalisa disimpulkan bahwa bahar yang digunakan pada syair tersebut adalah
bahar wafir. Dan gejala yang terjadi pada syair ini ada dua hal yaitu ashb dan
qobdh yang merupakan bagian dari zihaf mufrod. Gejala ini terjadi baik di awal,
tengah atau akhir dari sathr awal ataupun sathr tsani. Contoh sathr :
إلهي لست للفردوس أهلا
# ولا أقوى على نار الجحيم
السطر الأول السطر الثاني